Selasa, 20 Oktober 2015

pengaruh cash flow terhadap rupiah dan usd

Pengaruh cash flow terhadap rupiah dan usd

Cash flow (aliran kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode. Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan atau investasikan. Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu
·         fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi awal
·         fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat.
capital growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan/perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang. Yang terjadi saat ini menurutnya adalah uang panas yang masuk ke Indonesia sedang melakukan aksi jual sehingga IHSG jatuh tajam, dari tertinggi 5523 di bulan April, sampai menembus 4300.
Rupiah yang diperoleh dari aksi penjualan ini dibelikan dolar sehingga ada permintaan tinggi terhadap dolar dan nilai tukar sampai menembus Rp14.050.Selain itu, meski Bank Indonesia sudah menerapkan peraturan yang mewajibkan transaksi dalam negeri untuk menggunakan rupiah namun peraturan itu belum berjalan efektif. Maka ada transaksi-transaksi dolar yang tidak ada kaitannya dengan luar negeri, seperti di industri migas, listrik, pertambangan, sewa mal, perkantoran, dan biaya konsultan yang menambah permintaan pada dolar. Farial juga memuji langkah Bank Indonesia yang menurunkan pembatasan pembelian dolar, dari maksimal US$100 ribu per bulan menjadi maksimal US$25 ribu per bulan dengan harapan bisa menekan permintaan terhadap dolar.
Namun, menurutnya, Bank Indonesia harus terus melakukan kebijakan kontrol ketat atas transaksi-transaksi dolar di pasar valuta asing selain juga melakukan pengendalian melalui intervensi dengan menggunakan cadangan devisa.
"Jangan dianggap ini hal yang biasa yang boleh dibiarkan terus terjadi," kata Farial.
Ia berharap pemerintah bekerja bersama dengan Bank Indonesia untuk melakukan sinkronisasi antara sektor fiskal dengan moneter terutama dalam mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya masalah menurunnya nilai tukar Rupiah di atas dengan penyebab dan dampaknya,  tentunya kita telah mengetahui dengan jelas bahwa nilai Rupiah mungkin akan lebih jatuh lagi apabila tidak ada tindakan penyelesaian yang efektif dan efisien. Salah satu solusi yang dapat kita peroleh adalah dengan memancing investor-investor asing untuk masuk ke Indonesia dan meningkatkan nilai Ekspor barang serta mengurangi Impor barang. Investasi asing yang menurun akhir-akhir ini, seperti disebutkan di atas, jelas-jelas mengurangi nilai tukar Rupiah.
Investor asing yang menanamkan investasinya ke Negara Indonesia ini harus dipancing agar kembali dan diusahakan agar bertambah jumlahnya dangan terbukanya pasar saham dengan tawaran yang menarik dan meyakinkan. Selain itu, penyebab utama menurunnya nilai ekspor dan naiknya nilai impor ini adalah masalah paling besar di Negara ini.
Kurangnya pengelolaan sumberdaya, kurangnya variasi produk asli Indonesia, hingga kebutuhan warga Negara Indonesia yang terpancing dengan Negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Bangsa Eropa, bahkan bangsa Asia lainnya seperti Jepang, Korea, dan China yang mendominasi gaya hidup dan fashion, namun meninggalkan produk buatan Negaranya sendiri ini sangat perlu diperhatikan pemerintah.
 Warga Indonesia kini senantiasa mengkosumsi produk-produk impor yang terkesan mewah dibandingkan produk karya anak bangsa yang kualitasnya tak jauh beda. Pakaian, Aksesoris, Kendaraan, Makanan dan Minuman, semuanya telah didominasi dengan produk-produk asing. Sebagai contoh, warga Indonesia cenderung mengkosumsi makanan-makanan fast food khas Negara Barat seperti Mc Donalds, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan lain sebagainya dibandingkan makanan khas Indonesia seperti Pecel, Soto, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pakaian, pakaian bermerk dari luar tentunya lebih disukai dibandingkan merk lokal yang kualitasnya tidak jauh beda dari merk-merk luar tersebut.
Pemerintah seharusnya memperhatikan produksi khas Indonesia dan mengurangi impor barang. Lebih baik lagi apabila produk khas Indonesia lebih ditonjolkan dan ditawarkan di Negara sendiri dan Negara lain. Pemerintah juga harus memperhatikan peralatan industri di Indonesia yang kualitas teknologinya tertinggal serta meningkatkan pendidikan pekerja Industri di Indonesia untuk meningkatkan pasokan ekspor dan mengurangi impor. Tetapi, langkah ini juga harus didukung oleh warga Indonesia untuk mengurangi kosumsi produk-produk luar negeri dan lebih mencintai produk dalam negeri.
Referensi :